Jumat, 09 Maret 2012

Masa Kelas Senior

   Beberapa tahun belakangan, aku tak bisa membayangkan akan menjadi orang seperti yang sekarang ini. Jika menengok ke belakang, aku ingat betapa aku mengagumi orang-orang seusiaku sekarang. Anak-anak kelas senior semuanya keren. Ketua OSIS yang sudah kelas 3 memberi pengumuman dengan lantang. Bak raja hutan mengaum. Mereka sangat percaya diri. Seperti memiliki cita-cita setinggi langit. Saat anak kelas senior pulang sekolah, gerbang seperti diserbu bom yang akan siap meledak. Sangat menyenangkan semangat anak kelas senior. Aku tak sabar ingin duduk di kelas senior, menjadi persisi seperti mereka. Rasanya seperti dalam mimpi kalau aku bisa menjadi seperti itu. Di mataku, mereka terlihat begitu sempurna. Segala sesuatu pasti beres buat mereka. Mereka punya kendaraan yang bagus, bermain dengan sempurna, dan akan lulus. Ini tidak hanya berlaku untuk satu angkatan tertentu saja, tetapi berlaku untuk semua angkatan kelas senior. Aku mengamati angkatan di atasku memetik giliran untuk duduk di kelas 3. Setiap hari aku melangkah lebih dekat, tapi tak pernah benar-benar percaya bahwa suatu saat nanti aku akan sampai di sana juga.
Sekarang, setelah aku duduk di kelas senior, rasanya tetap seperti mimpi. Rasanya tidak seperti yang kubayangkan. Memang, anak kelas senior tidak ada bedanya dengan murid-murid lain. Kami semua masih suka stres memikirkan nilai ulangan, dan menyadari bahwa memiliki kendaraan selalu diiringi oleh janggung jawab yang besar, dan bahwa bermain olahraga hanyalah segelintir kegiatan untuk murid yang berbakat saja. Ibu dan Ayah masih menganut aturan memberlakukan jam malam, dan kami masih tetap merasa sering tersesat di dunia, sama seperti beberap atahun yang lalu. Gagasan meninggalkan rumah yang nyaman dan kuliah di universitas luar kota ternyata tidak semenarik dulu. Tapi aku tetap bertekad dalam diri, maju terus pantang mundur adalah pedomanku selama ini untuk membangkitkan semangat. Sekarang terasa seperti mimpi yang menakutkan. Kuliah memang sesuatu yang kuinginkan, tetapi juga kutakuti. Jika aku tidak belajar, maka, sesuatu yang sia-sia tidak akan terwujud, seperti cita-citaku.
                Aku masih dalam keadaan syok. Tubuhku terasa bimbang. Aku jadi bertanya-tanya, kapankan aku akan mencapai kehidupan impian ini. Mau tak mau aku memeprtanyakan seperti apa sebenarnya anak-anak kelas senior 3 tahun yang lalu itu? Apakah mereka memang percaya diri seperti yang kuduga? Ataukah aku mengagumi orang-orang yang sebenarnya sama saja denganku? Aku bertanya-tanya apakah anak-anak di bawahku mengagumi  kami, murid kela senior, seperti aku dulu?
                Apakah aku akan menjalani seluruh hidupku dengan menunggu mencapai satu titik tertentu, memebayangkan hidupku akan sempurna saat aku tiba di titik tersebut, lalu ternyata keadaannya tidak seperti itu? Tapi, aku yakin akan satu hal, tumbuh dewasa itu menakutkan. Dulu kusangka anak kelas senior tak pernah takut, tetapi sebenarnya takut juga. Aku lebih takut sekarang daripada rasa takut yang aku rasakan dulu. Aku takut tak akan ada lagi orang yang menyelamatkan diriku ketika aku jatuh, atau mengatakan bahwa ini hanyalah masalah sepele. Aku tak bisa hanya berpura-pura sudah dewasa. Kelak, suatu saat nanti aku akan dewasa dengan sendirinya.
 DINDAAAAAA
05/XII Akselerasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar